Siti Ar Rahmah, Bayi Mungil dengan Jantung Diluar Dada

SITI RAHMAH, bayi mungkil yang lahir dari pasangan Khairuddin dan Diana, terdengar menangis keras dari dalam kotak inkubator yang terbuat dari plastik bening di RS Ibnu Sina, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Jumat (16/9/2011) lalu. Nasib malang yang  dialamai sang bayi terpisah dari keluarganya. Bahkan kondisinya saat ini tengah jauh dari pelukan hangat sang ayah dan belum setetes pun merasakan nikmatnya air susu ibunda tercintanya.


Dimana putri pertama yang lahir dari rahim Diana itu mengalami kelainan jantung dengan posisi diluar badannya. Organ vital milik Siti Ar Rahmah menjuntai keluar dari rongga dadanya. Sehingga membuat pemandangan yang menyayat hati setiap orang. Kini selang oksigen dan infus seakan "tumbuh menjalar" di tubuh mungil itu, karena hidup si bayi itu sangat bergantung pada alat bantuan medis. Sedangkan, jantung mungilnya yang sebesar jambu air terlihat berdegup cukup cepat meski ditutupi dengan kain kasa.

Siti Rahmah lahir lewat persalinan normal, meski tanpa fasilitas kesehatan yang layak di rumah orang tuanya di Desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, pada 12 September lalu. Keluarganya sangat miskin hingga hanya mampu menggunakan jasa dukun kampung. Khairuddin, ayah si bayi, hanya seorang buruh yang bekerja serabutan untuk menafkahi hidup keluarganya. Ia juga tak punya cukup uang untuk memeriksakan kondisi Siti Rahmah saat masih dalam kandungan. "Saya baru tahu kalau kondisi anak seperti ini," ujar Khairuddin yang waktu itu tidak ada ditempat saat sang istri tercinta melahirkan anak pertamanya.

Pria yang memiliki badan kurus itu, kini hanya bisa berharap atas mukjizat dari Tuhan agar dapat menolong putrinya. Bahkan dirinya mengaku tidak tega lagi untuk melihat kondisi putrinya Siti Rahmah itu, meski ia sendiri tak mau berpisah jauh dari anak pertamanya. Bahkan Khairuddin, kini tinggal untuk sementara di sebuah lorong di sudut ruangan RS Ibnu Sina selama anaknya menjalani perawatan. Di lorong yang gelap itu juga Khairuddin selalu terkenang peristiwa kelahiran putrinya tersebut. "Waktu melahirkan, dukun kampung menyembunyikan bayi saya dengan menelungkupkannya supaya bagian depan badan bayi tak kelihatan ibunya," ujarnya Khairuddin seraya meneteskan air mata.

Bahkan sembari meneteskan air mata dia berujar, "Sebagai ayah dari bayi itu tentu saya sangat sedih, apalagi itu adalah anak pertama saya." Di tengah rasa kalut berserta sedih, ia segera membawa bayinya ke RSUD Duri di Kabupaten Bengkalis, namun pihak rumah sakit mengaku tak sanggup untuk merawat bayi Siti Rahmah. Akhirnya, bayi itu sempat menginap di RS swasta Permata Hati, Kecamatan Duri, Bengkalis, sebelum esok harinya dibawa ke RSUD Arifin Achmad di Kota Pekanbaru, dengan harapan segera mendapat perawatan yang memadai.

Namun upaya yang dilakukan sang ayah untuk putri pertamanya itu di RS Arifin Achamd belum menunjukan keberuntungan. Pasalnya pihak RSUD Arifin Achmad telah menolak sang bayi malang itu dengan alasan san ruangan perawatan khusus untuk bayi (NICU) sudah penuh. Mendengar ucapan seperti itu, Khairuddin sempat tersirat dibenaknya, mungkinkah penolakan itu dikarena dirinya adalah seorang keluarga miskin. Padahal, ia sangat berharap pihak RSUD bisa membantu anaknya mendapat bantuan biaya kesehatan gratis untuk keluarga miskin melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).  "Sampai satu jam saya di RSUD tapi tak juga mendapatkan layanan, akhirnya saya bawa ke rumah sakit Ibnu Sina, demi keselamatan anak saya," ujarnya dengan wajah dilinangi air mata.

Lagi-lagi nasib kurang baik menimpa Khairuddin. Dimana dengan kejadian ini pihak RS Ibnu Sina menyatakan ketidaksanggupannya untuk mengobati Siti Rahmah sang bayi malang itu. Bahkan dokter dirumah sakit itu merekomendasikan agar Siti Rahmah dibawa ke Jakarta atau Padang, yang tenaga ahli dan peralatan medisnya lebih memadai. "Lagi-lagi saya mendapatkan kabar yang tidak diinginkan mas. Sebab pihak rumah sakit merekomendasikan anak saya di bawa ke Jakarta atau ke Kota Padang, dengan alasan pihak rumah sakit alatnya belum lengkap. Sedangkan kalau anak saya dibawa ke Jakarta atau Padang, mana ada uang saya ini mas, dan duit dari mana untuk biaya kesana. Ini saja saya ke Pekanbaru cari pinjaman tentangga," ujar Khairuddin pelan sembari meninggalkan ruang tunggu.

Bantuan Dana Menghampiri Siti Rahmah

Berhari-hari di RS Ibnu Sina dan harapan akhirnya mulai menghampiri Siti Rahmah. Sejumlah kalangan social dukungan hingga bantuan dana perlahan mulai berdatangan dari warga yang bersimpati terhadap nasib malang sang bayi tersebut. Salah satunya adalah penggalangan dana melalui jejaring sosial Twitter yang meraih respons cukup baik dari masyarakat. Bahkan sejumlah mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, itupun turun kelapangan guna mencarikan batuan biaya sang bayi malang itu. "Dalam dua hari total donasi yang terkumpul sekitar Rp10 juta," kata seorang pengagas donasi yang kebetulan adalah seorang mahasiswa di Falkultas terkemuka di Pekanbaru.

Dukungan dana lainnya juga datang dari sejumlah donatur dan manajemen RS Ibnu Sina, yang berjanji membantu biaya pengobatan  Siti Rahmah selama di Pekanbaru. Bahkan, dukungan juga datang dari Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih yang langsung menginstruksikan agar tim dokter spesialis dari Jakarta segera dikirim khusus untuk bayi Siti Rahmah. Alhasil, tiga dokter spesialis bedah jantung dan spesialis anak dari RS Harapan Kita, Jakarta, langsung datang ke Pekanbaru untuk mengecek kondisi dan mengupayakan tindakan penyelamatan bagi Siti Rahmah.

Bahkan gelontoran dukungan kembali mengalir dari pernyataan, Anggota Komisi IV (bidang Kesra) DPRD Bengkalis, Dr Fidel Fuadi Dt Majowasa. Dimana dukungan yang ditunjukan wakil rakyat ini dengan mengeritisi sikap Pemerintah Kabupaten Bengkalis yang lamban membantu bayi Siti Rahmah. "Pemerintah daerah seharusnya jangan menunggu laporan, tapi mendengar dan jangan sampai warga tak mampu sampai telantar," katanya.

Menurut Fuadi, seharusnya Pemkab Bengkalis segera bersikap proaktif memberikan upaya maksimal untuk memberikan bantuan untuk menyelamatkan bayi Siti. Apalagi, daerah yang kaya akan minyak bumi itu menganggarkan dana lebih dari Rp200 miliar untuk pos kesehatan di APBD tahun ini. Bahkan, ia mengatakan anggaran Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di APBD Bengkalis pada tahun ini mencapai Rp3 miliar per bulan, artinya total dana mencapai Rp36 miliar. "Sejauh ini dana Jamkesda yang sudah dicarikan sekitar Rp15 miliar, dan seharusnya bayi Siti bisa mendapatkan bantuan dari itu," ujar politisi PKS itu.

Sedangkan kondisi Siti Rahmah kini butuh mukjizat untuk kesembuhannya. Terlebih dari itu, bayi malang itu sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah agar harapan keluarganya tak menghilang di lorong gelap rumah sakit. Dan agar cap buruk "Orang Miskin Dilarang Sakit" tak terbukti. Mudahan-mudah tulisan ini menjadi tolak ukur hati semua kalangan masyarakat untuk lebih peduli lagi terhadap kondisi orang yang sangat membutuhkan uluran tanggan.*** 


Posted by Dumaiterkini on 06.58. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Siti Ar Rahmah, Bayi Mungil dengan Jantung Diluar Dada"

Leave a reply