Keluh Kesah "Santi" Sebagai PSK

Kisah ini tidak bermaksud untuk menyudutkan seseorang cewek atau semuanya. Ini hanya merupakan potret kehidupan yang bisa dijadikan bahan renungan untuk kita semua. Bahwa seorang perempuan, entah itu seorang ibu atau istri, rela melakukan apa saja demi orang yang dikasihinya. Meskipun terkadang jalan yang dipilihnya itu tidak selalu "benar".

Malam minggu belum begitu larut. Jarum jam baru menunjuk angka 11.00. Santi (25 tahun, ini bukan nama sebenarnya) kembali memoles merah bibir berharga murah di wajahnya. Tidak seperti biasanya, malam itu belum ada pelanggan yang menawar jasa Santi. Bersama sepuluh rekannya yang lain, Santi berusaha menawarkan diri pada pengendara sepeda motor yang melewati jalanan di depannya ia mangkal.

Santi adalah seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) yang biasa menjajakan diri di kawasan Jalan Sudirman, Kota Dumai. Hampir setiap malam dia menunggu pelanggan di dekat gang yang terletak pas di depan jalan merdeka baru. Santi dari kejauhan terlihat tampak gelisah, sesekali diselipkannya sebatang rokok di bibirnya dan dihirupnya asap rokok itu dalam-dalam.

“Sekarang sedang sepi, mas. Padahal saya sedang butuh uang untuk bayar kontrakan,” ujar ibu satu orang anak ini.

Sebagai pekerja seks yang mangkal di pinggir jalan, Santi memang tidak dibayar tinggi. Dia mengaku biasa dibayar Rp 50 ribu untuk layanan handjob atau blowjob dan Rp 150 ribu untuk layanan hubungan seks singkat. “Kadang ada juga yang ngasih dua ratus ribu,” ujarnya. Seperti kebanyakan PSK, Santi mengaku terpaksa terjun ke dunia hitam. “Siapa sih yang ingin jadi pelacur,” ujarnya dengan tatapan mata kosong dan tak berdosa itu.

Kisah kelam Santi dimulai sejak suaminya, Budi (bukan nama sebenarnya), ditangkap polisi saat ketahuan dirinya terbukti sebagai pengedar barang terlarang jenis daun ganja. Saat itu lah, Santi mulai kehabisan uang untuk membiayai kehidupannya sehari-hari, sebab sang pencari nafkah suaminya masih mendekan di jeruji besi milik pemerintah.

Saat Budi divonis 4 tahun penjara, Santi yang tak bisa membayar kontrakan rumah, pindah ke rumah orangtua Budi. Namun karena orangtua Budi juga tidak bekerja, Santi dan anaknya yang masih balita justru menjadi beban tambahan bagi mertuanya.

Suatu hari, Tina, anak Santi yang baru berusia empat tahun terserang demam tinggi. Santi pun mencoba mencari pinjaman ke orang-orang yang dikenalnya. Tidak banyak orang yang dikenal Santi. Seluruh keluarganya tinggal di desa di wilayah Medan-Sumatra Utara. Satu-satunya orang yang dikenalnya saat itu hanya Sumi, teman masa kecilnya di desa dulu.

Namun Sumi tak bisa membantu meminjamkan uang. Dia menawarkan kepada Santi untuk menjadi PSK di Pinggir Jalan Di Kota Dumai. “Sumi waktu itu sudah dua tahun (menjadi PSK) di Kota Dumai,” jelas Santi dengan wajah penuh ratapan derita.

Khawatir dengan kondisi anaknya, Santi pun menyanggupi. “Waktu itu saya dapat uang seratus ribu dan langsung saya gunakan untuk mengobati Tina,” katanya menerawang atap rumah ketika tim investigasi mengorek lebih dalam kehidupanya menjadi penghibur lelaki hidung belang.

Akhirnya kehidupan malam di Kota Dumai menjadi satu-satunya sumber pemasukan bagi Santi. Kepada mertuanya, dia mengaku bekerja menjaga toko di salah satu ruko di Jalan Ombak. Dia pun pindah dari rumah mertuanya dan mengontrak rumah di samping rumah kontrakan Sumi.

Santi belum mau berpikir bagaimana hidupnya nanti selepas Budi keluar dari penjara. “Saya nggak tahu gimana nanti njelasin sama suami saya,” ujarnya sembari meneteskan air mata.

Baginya sekarang yang penting berusaha untuk tetap bertahan hidup bersama anaknya semata wayang. Dia juga pasrah saat beberapa kali terkena razia petugas atau saat diusir oleh masyarakat setempat bulan Ramadan lalu.

Santi menghembuskan asap rokok terakhirnya dan membuang puntungnya ke jalan yang sehari-hari tempat mangkalnya. Dia pun kembali menggoda pengendara motor yang lewat di hadapannya. Malam belum lagi larut dan masih panjang bagi Santi, seperti malam-malam sebelum dan sesudahnya.***

Nama Sumber Dilindungi

Posted by Dumaiterkini on 17.33. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Keluh Kesah "Santi" Sebagai PSK"

Leave a reply