Penikahaan Ciri Khas Dumai

DUMAI adalah Kota yang dikelilingi oleh pulau besar dan kecil. Selain itu, Dumai juga tercatat sebagai dalam sejarah, dulunya Dumai adalah dusun kecil di pesisir timur Sumatera. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dumai dikukuhkan menjadi Kota Dumai dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah Kota Administrasi.

Pada awal pembentukannya, Kota Dumai hanya terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, 13 Kelurahan dan 9 Desa, dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kependapatan 83,85 jiwa/km2. Setelah berjalanya waktu, Kota Dumai menjadi kota yang kaya akan industri, dan meningkatnya aktifitas, dan hingga sampai saat ini kota Dumai memiliki, 5 kecamatan dan 32 kelurahan.

Mayoritas masyarakat Dumai umumnya berbudaya Melayu, dengan menggabungkan tradisi sebelum dan sesudah masuknya Islam ke daerah ini. Kentalnya budaya Melayu amat terasa pada upacara pernikahan adapt setempat. Hari itu, Kelurga Ahmad, warga asli Kota Dumai, akan mengawinkan puteri sulungnya Santi dengan seorang pria pujaan hatinya.

Dalam adat Melayu, masyarakat Dumai yang mengadakan acara pesta perkawinan, tak harus seorang lelaki yang dilamar, saat menjelang perkawinannya. Bisa saja, wanitalah yang dilamar oleh calon pendamping hidupnya. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Dumai selalu luwes dalam memandang anggota masyarakatnya. Tidak wanita yang dominan dibandingkan kaum lelaki, ataupun sebaliknya. “Semua diselesaikan melalui kesepakatan kedua belah pihak,”ujarnya.

Pelaksanaan upacara pernikahan adat Melayu Dumai, biasanya membutuhkan waktu hingga 3 hari 3 malam. Hari pertama, adalah saatnya pengatin wanita melakukan tepung tawar dan membacakan ayat-ayat suci Al Qur’an (katam qur’an). Sementara untuk calon pengantin pria, pada hari pertama tidak di perbolehkan menyertakan kedua orang tuanya. Sang mempelai hanya boleh didampingi oleh saudara ayah atau ibu saja.

Rombongan mempelai pria tidak lantas begitu saja masuk ke dalam rumah. Karena dalam adat Melayu, pengantin pria juga harus melintasi 3 pintu yang harus mereka lewati. Berebut lawang, demikian istilah yang dikenal oleh masyarakat Dumai.

Di pintu pertama ini, sebaris pantun diujar oleh rombongan tamu. Sebaris pantu pula dibalas oleh tuan rumah, diwakili tukang tanak, atau sering di panggil, orang yang masak nasi. Tak habis sebaris, pantunpun berlanjut. Intinya adalah menyampaikan maksud kedatangan rombongan tamu yang didengarkan pleh tukang tanak. Namun bukan berati rintangan sudah usai. Masih ada 2 pintu lagi yang harus dilalui rombongan mempelai pria.

Di pintu kedua, kali ini mereka harus berhadapan dengan pengulu gawai, yang merupakan pemimpin hajatan. Berbalas pantun kembali dijalani. pengulu gawaipun menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Dua pintu sudah dilalui, namun belum cukup. Masih ada satu pintu lagi. Yang terakhir, pintu ketiga dikawal Mak Inang, juru rias pengantin.

Setelah itu, Mak Inang Menayakan barang bawaan atau sire rombongan tanu yang hendak meminang. Dengan sire berarti keluarga besar rombongan tanu mempunyai niat mengikat tali persaudaraan lewat pintu in, berubah lega rombongan tamu tersebut. Hantaran dan tipak yang dibawa rombongan tamupun beralih tangan. Seperangkat tempat sire lengkap,yang menyimpan 17 macam barang, menggabarkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari, kini di tangan tuan rumah. Demikian pula dengan sejumlah uang, yang berkelipatan lima. Angka lima melambangkan jumlah shalat wajib bagi kaum muslim.

Sang penganti pria, akhirnya dipertemukan dengan pujaan hati, yang segera dinikahinya. Akad nikahpun digelar. Hari kedua, saat berjamu, lebih menyiratkan rasa persaudaraan diantara dua keluarga yang telah dipersatukan ini. Dihari kedua, orang tua pengantin pria yang selama ini diwakilkan barulah muncul, dan dipertemukan dengan pihak keluarga dari orang tua pengantin wanita.

Sumber cerita : Ahmad Maritulius
(Salah satu tokoh pemuka adat Melayu Dumai)

Posted by Dumaiterkini on 17.42. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Penikahaan Ciri Khas Dumai"

Leave a reply